Begitulah
Akulah deras hujan
dia halte di pinggir jalan
tempatmu berlindung sebelum melangkah pulang
Aku tak hendak reda.
Akulah deras hujan
dia halte di pinggir jalan
tempatmu berlindung sebelum melangkah pulang
Aku tak hendak reda.
Punggung yang mencari dada
semoga waktu sudi berhenti saat mereka bersua.
Bicara pahit manis kenangan
jika pada akhirnya kau bisa melupakan,
itulah sebenar benarnya kehilangan.
Di hatimu yang hingar bingar, wajar jika rinduku tidak terdengar.
Ingin menempelkan telinga pada bibirmu yang berdenting
Untuk membungkam rindu yang kian bising.
Mari menari, Tuan
dengan bulan sebagai lantai dansa
mari kita menginjak injak kenangan
agar mata bisa memejam dengan leluasa.
Dia sedang memanggil puisi dengan menyenandungkan rindu di tepi jendela.
Aku berterima kasih pada jarak
ledak puja-puji untukmu dibuatnya tidak terlihat pun tidak terdengar.
Bagaimana jika
ia yang di dalam cermin menundukkan wajahnya?
Jengah ditelanjangi oleh matamu yang mencari sempurna.
Waktu adalah tabib
mengolah ledak ledak kebahagiaan dan serpih air mata
diaduk,
dijerang
sampai menjadi ampas, kita sebut:
Kenangan.